Sederhana,Cerdas dan Unggul

Sederhana,Cerdas dan Unggul

Kamis, 15 Oktober 2015

DATANGNYA PEMBAWA KEDAMAIAN DI TANAH BONE

              Kerajaan Bone berdiri pada abad ke-13 di wilayah Sulawesi Selatan tepatnya di Kota Watampone.  Sebelum Bone menjadi kerajaan ,Bone terdiri dari beberapa daerah yang dalam bahasa bugis disebut dengan wanua yang berarti negara. Bone terbagi menjadi beberapa bagian selayaknya negara bagian. Wanua ini terbagi menjadi tujuh yaitu Wanua Cina, Wanua Macege, Wanua Palakka, Wanua Bukaka, Wanua Barebbo, Wanua Tanete Riattang dan Wanua Cellu. Setiap wanua dipimpin oleh seorang mangkau yang bertugas untuk memimpin wanua tersebut.
            Pada masa itu, ke tujuh wanua tersebut sering terjadi pertikaian dan perang diantara mereka. Peristiwa itu disebut dengan Sianre Bale atau saling memakan satu sama lain. Sianre Bale terjadi selama kurang lebih sepuluh tahun lamanya. Penderitaan rakyat Bone sungguh sangat pedih. Banyak yang menjadi korban dalam peristiwa yang begitu dahsyat. Para mangkau dan sebahagian  rakyat Bone menyatakan bahwa harus ada seseorang yang memimpin Bone secara menyeluruh tanpa dibatasi oleh wanua sehingga tidak terjadi perang diantara ke tujuh wanua tersebut.
            Suatu hari di tanah Bone terjadi fenomena alam yang begitu dahsyat. Gempa melanda tanah Bone. Petir pun menyambar dari langit Bone. Tanah Bone seakan terguncang dan cuaca begitu buruk membuat langit Bone menjadi gelap. Hari itu seakan menandakan bahwa akan datang rahmat dari langit turunnya seseorang yang akan membawa kedamaian dan memimpin Bone. Para rakyat Bone dan tujuh  mangkau mempercayai hal itu.
            Menurut tuturan salah satu pemandu Museum Lapawawoi, setelah beberapa hari peristiwa fenomena alam yang begitu dahsyat di tanah Bone datanglah seorang kakek kepada tujuh mangkau yang mengaku melihat seseorang yang tampaknya sudah tua mengenakan pakaian serba putih duduk diatas sebuah batu. Orang tua tersebut pun dikawal oleh tiga orang pengawalnya yang masing-masing memegang payung, kipas, dan tombak. Tapi ada juga yang menyatakan bahwa ketiga pengawal tersebut masing-masing membawa payung, kipas dan selempangan yang terbuat dari emas. Para mangkau pun meyakini bahwa itu adalah orang yang  diturunkan dari langit untuk membawa kedamaian dan dapat memimpin Bone yang pada saat itu sedang terjadi pergolakan antar wanua.
            Para mangkau pun menghampiri orang tersebut. Awal mulanya ke tujuh mangkau ini menghampiri ketiga pengawal orang tersebut dan menawari kepada pengawalnya untuk menjadi pemimpin di Bone ini. Namun para pengawal tersebut menolak dan memerintahkan kepada para mangkau untuk menawarakannya kepada tuannya yang bernama To Manurung. Dan para mangkau pun menuruti perintah pengawal itu.


G1.Sumber : file pribadi
            
              Datanglah para mangkau ke hadapan To Manurung dan menyampaikan hal tersebut. Dan akhirnya To Manurung menerima hal tersebut dengan terjadinya kontrak atau sumpah terhadap pemerintah, rakyat Bone dan ia. Berkatalah rakyat Bone: “Agar menetaplah di Tanah Bone dan engkau yang kami angkat menjadi raja untuk memimpin kami namun anak dan istri kami bila engkau tidak menyetujuinya kamipun menurut kepadamu asalkan engkau menjaga keselamatan kami dan harta benda kami”. Kemudian berkatalah To Manurung “ Saya menjunjung tinggi diatas kepala saya dan menghargai kata-kata dan persatuanmu untuk mengangkat saya menjadi raja[1]

G2. Sumber : file pribadi
            Sejak saat itu berdirilah Kerajaan Bone tepatnya pada tanggal 6 april 1330 yang menjadi hari lahirnya Bone dengan dilantiknya seorang raja yang dipercaya turun dari langit. To Manurung di lantik oleh ketujuh mangkau yang di kenal dengan ade pitue. Sehingga To Manurung E di beri nama arumpone. Dan ketujuh mangkau atau ade pitue menjadi penasehat dalam kerajaan. To Manurung juga diberi gelar sehingga namanya adalah Manurung E Ri Matajang ( Mata Silompoe ). Sejak saat itulah bone menjadi tentram dan damai.
            Peristiwa ditemukannya To Manurung E dan kontraknya terhadap pemerintah dan rakyat Bone di abadikan oleh rakyat Bone dengan membuat tugu di Jalan Manurung Kec. Tanete Riattang. Tugu tersebut berbentuk batu yang besar dengan tulisan kontrak pemerintah dan rakyat Bone terhadap Manurug E Ri Matajang dalam bahasa Indonesia dan huruf lontara. Batu tersebut berwarna oranye. Namun tugu tersebut tidak dipelihara sehingga tugu tersebut hampir saja rusak dan rapuh. Cat berwarna oranye telah terkelupas . Tulisan kontrak tersebut juga tidak dapat dibaca dengan lengkap lagi.
            Sekarang Bone bukan lagi sebuah kerajaaan,namun Bone berada dibawah pimpinan seorang bupati. Bone menjadi kota beradat dan sekarang lagi masa pembangunan. Berkat jasa para mangkau dan Manurung E Ri Matajang serta raja-raja yang pernah menjabat menjadikan Bone lebih baik dari pada masa-masa perang dan bergejolak itu.







[1] Anonim.2011.situs sejarah tanah Bone.situs www.bungawellu.blogspot.co.id (9 Oktober 2015 Pukul 14.35 Wita)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar